Archive for Oktober 11, 2008
Sebuah catatan Diary
Ini hanya tentang pengharapan, tapi sungguh aku hanya bagai camar yang kehilangan arah mata agin. Menerbang sayap-sayap yang hampir patah sebelum sempat berlabuh. Tapi aku akan selalu mengejar dermagamu, walau badai akan selalau menghempaskanku ke runcing karang-karang hatimu. Biarkan remuk membelah jiwaku yang semakin menua, asalkan aku mampu menisriskan kerinduan ini pada bayang tentangmu. Dan semoga saja malam tidak cepat berlalu, sebelum terlunaskan.
bila saja air mataku,
mamapu aku tiriskan di jiwamu
terasa lunas sudah kerinduan jiwa beku
yang lama menunggu bias tanpa pertanda
ingin rasa hati selalu membuka jendela hatimu
saat pagi menjelang
dan kita akan menyeduh kopi di beranda
tanpa anak-anak
menelanjagi hangat matahari
sebagai sebuah pertanda kerinduan
lalu kita akan membakarnya dengan bara yang lebih menggila
tentunya saat-saat kita di beranda
di pelataran kupu-kupu berjingkat sendu
mencumbu kamboja, yang wanginya telah kita cacap bersama
ketika rembulan tepat di atas ubun
dan gerimis tak lagi mampu membendung cahayanya.
sungguh
bila saja air mataku
mamapu aku tiriskan di jiwamu
lunas sudah kerinduan yang tertunda.
Tak ada yang kelu kecuali mereka yang merindu, sebagai sebuah angan yang selalu menjadi pencapaian dan penghancuran. Tentunya atas dirinya dan jiwanya yang malang, dan aku selalu saja menjadi salah satu pemandian kerinduan yang menumpuk-numpuk atas dirimu wahai kembang kamboja (maaf inisial tidak saya tuliskan). Malam menjadi tidak sempurna rasanya, ketika aku tak menatap bumi yang selalu masih berputar.
Lantas perlunasan seperti apa yang ingin kau kirimkan, andai saja aku pulang terlalu cepat. Sementara hari tak mampu lagi mengulang, merana bukan. Tapi aku hanya mampu berharap suatu saat akan kau kirimkan karangan bunga saat-saat malam mulai menaruh rindu kepada bulan, karena aku kan menunggumu di pelataran langit. Berlebihan bukan……tapi sungguh ini hanya sebuah pengharapan atas mimpi-mimpi yang tak lekas mau menjadi pasti.
Kapan kau akan melunaskan kepastian itu.
kata mereka